Bercerita

Bercerita merupakan kegiatan menyampaikan suatu cerita kepada orang lain. Saat bercerita, pendengar diharapkan dapat menangkap dan memahami isi cerita yang disampaikan. Dalam bercerita, isi cerita harus disampaikan secara utuh dengan urutan cerita yang baik. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita, di antaranya penggunaan lafal, intonasi, gestur, dan mimik. Ini bertujuan agar pendengar dapat memahami isi serta tertarik dengan cerita yang disampaikan.

1. Keutuhan dan urutan cerita

Keutuhan cerita yaitu penyampaian cerita secara lengkap yang meliputi prolog, tokoh, konflik, amanat, latar, serta akhir cerita. Adapun urutan cerita yaitu penyampaian isi cerita sesuai urutan waktu, dari prolog hingga akhir cerita. Urutan cerita berkaitan dengan plot atau alur.

Alur atau jalan cerita yang baik harus disampaikan secara jelas dan runtut. Misalnya bagaimana kisah itu diawali, kemudian muncul konflik antartokoh, sampai dengan proses penyelesaian konflik yang membawa ending atau akhir cerita.


2. Suara

Dalam bercerita, usahakan volume suara dapat menjangkau seluruh pendengar dan tetap terjaga dari awal sampai akhir. Selain menjaga konsistensi volume suara, perlu juga diperhatikan warna suara. Misalnya membedakan suara antara tokoh yang satu dengan tokoh lainnya yang memiliki perbedaan karakter watak yang tegas. Selain itu, juga membedakan suara saat berposisi sebagai narator dan saat menyuarakan tokoh.

3. Lafal
Lafal berkaitan dengan artikulasi atau kejelasan pengucapan kata. Setiap kata memiliki lafal yang berbeda dengan muatan makna yang berbeda pula. Gunakan lafal yang jelas saat bercerita. Lafal yang tidak jelas dapat menimbulkan tanggapan yang berbeda bagi pendengar.

4. Intonasi
Intonasi berkaitan dengan nada, penekanan ucapan, serta penjedaan dalam suatu kalimat. Penggunaan intonasi yang tepat sangat memengaruhi pemaknaan kalimat yang diucapkan. Dapat saja terjadi bahwa satu kalimat yang sama jika diucapkan dengan intonasi yang berbeda dapat menimbulkan makna yang berbeda pula. Perhatikan contoh penjedaan berikut!
a. Musang // makan belalang mati.
Artinya: Musang makan belalang yang sudah mati.

b. Musang makan // belalang mati.
Artinya: Saat musang makan, belalang mati.

c. Musang makan belalang // mati.
Artinya: Musang makan belalang lalu mati.

Selain penjedaan, intonasi dalam bercerita harus sesuai dengan suasana yang dikisahkan atau peristiwanya. Misalnya, saat menceritakan suatu keributan harus dengan nada yang tinggi dan cepat atau saat menceritakan suasana sedih dengan nada sendu dan lambat. Perlu kalian ingat bahwa nada cerita yang monoton dan tidak bervariasi akan menjadikan jemu bagi pendengar.

5. Gestur
Gestur berkaitan dengan ekspresi dan gerak tubuh saat bercerita. Gestur meliputi seluruh anggota tubuh dari kepala, tangan, sampai kaki. Penggunaan gestur yang bagus dalam bercerita akan sangat memengaruhi kemenarikan sebuah penceritaan. Misalnya, saat menceritakan tokoh yang ketakutan dan meminta ampun atas sebuah hukuman disertai gerakan bersimpuh dengan tangan menengadah ataupun dengan tubuh menggigil.

6. Mimik
Mimik berarti roman atau bentuk raut wajah. Mimik dalam bercerita berkaitan dengan ekspresi wajah saat menyampaikan suatu peristiwa, suasana, atau dialog dalam cerita. Misalnya, saat menirukan dialog tokoh yang marah dengan wajah yang berkerut dan mata melotot atau saat menirukan tokoh yang sedang bergembira dengan wajah ceria dan tersenyum.

7. Kebahasaan
Kebahasaan berkaitan dengan penggunaan kalimat yang efektif, pemilihan diksi atau pilihan kata, kesantunan bahasa, serta komunikatif.

Seorang pencerita yang baik dapat menjadikan pendengar terbawa dalam suasana cerita yang disampaikan. Dapatkah kalian menjadi seorang pencerita yang andal? Berlatihlah untuk menjadi pencerita yang andal. Ini dikarenakan menjadi pencerita yang andal dapat memberikan banyak keuntungan bagi kalian. Seperti yang
dilakukan oleh tukang cerita-tukang cerita di televisi atau radio. Selain mereka dapat menghibur orang lain, mereka juga mendapatkan imbalan uang.

Comments