Misteri Dua Karcis Pertunjukan Musik

Misteri Dua Karcis Pertunjukan Musik
Oleh: Kemala P
Sambil bersenandung Bu Sinta
menyapu lantai rumahnya. Hari ini dia akan
memasak makanan yang lezat. Makanan
kesukaan Pak Adam, suaminya.
Bu Sinta segera ke dapur untuk
mempersiapkan bahan-bahan yang akan
dimasaknya. Pada saat itulah terdengar
bunyi bel.
Ia bergegas ke pintu. Dikiranya orang
suruhan dari warung Babah Lim yang
datang. Tadi pagi dia memesan sekilo
daging untuk membuat rendang. Namun
ketika pintu dibuka dia tidak menemukan
siapa-siapa di sana.
"Pasti anak-anak nakal itu lagi,"
gumamnya kesal seraya menutup pintu
kembali.
Pada saat itulah dia melihat dua buah
karcis pertunjukan musik di bawah pintu.
"Wah, ini pasti kejutan dari suamiku,"
gumamnya seraya memungut karcis itu.
Rasa kesalnya pun lenyap. Kini berganti
dengan rasa bahagia yang meluap-luap.
"Ini mungkin hadiah ulang tahun
perkawianan darinya," pikirnya senang.
Menonton sebuah pertunjukan musik di
sebuah gedung yang megah memang
sudah lama diimpikannya.
"Aku tidak mengirim tiket itu," kata Pak
Adam tatkala Bu Sinta mengungkapkan
rasa senangnya kepada suaminya itu.
"Jadi siapa?" tanya Bu Sinta heran.
Siapa yang telah mengirimkan dua helai
karcis pertunjukan musik itu?
sebagai hadiah ulang tahun perkawinan kita,"
katanya agak kecewa. Suaminya pasti lupa
akan hari penting itu. Suaminya selalu
menganggap hal-hal seperti itu tidak penting.
Sebetulnya Pak Adam memang lupa.
Tapi dia berbuat seolah-olah tidak lupa.
Katanya, "Tentu saja aku ingat. Aku sendiri
sudah punya kejutan untukmu, yaitu
mengajakmu makan malam di restoran
mewah."
"Aaah," Bu Sinta semakin kecewa.
Sehingga Pak Adam menjadi heran melihat
perubahan wajah istrinya itu.
"Kenapa? Apakah kau tidak ingin
makan di restoran mewah?"
"Aku sudah menyiapkan masakan
istimewa malam ini," sahut Bu Sinta sedih.
Pak Adam tersenyum, "Baiklah. Kalau
begitu kita makan di rumah. Kemudian kita
pergi ke pertunjukan musik itu. Siapa pun
yang mengirimkan karcis itu, anggap saja
sebagai hadiah ulang tahun perkawinan
kita," katanya. Meskipun dia sebenarnya
lebih suka mandi air panas, lalu tidur. Tapi
demi kebahagiaan istrinya, tak apalah.
Gedung pertunjukan sudah penuh
sesak dengan penonton tatkala mereka
tiba. Dirigen bahkan sudah mulai memberi
aba-aba untuk memulai pertunjukan. Bu
Sinta dan Pak Adam bergegas menuju
tempat duduk mereka.
Mereka bertepuk tangan tatkala
seorang penyanyi muncul. Musik pun
mulai mengalun mengiringi suara merdu si
penyanyi. Bu Sinta menonton dengan
penuh hasrat. Setiap penyanyi mengakhiri
lagunya, dia bertepuk tangan. Begitu juga
setiap kali penyanyi baru muncul. Sesekali
diliriknya suaminya yang duduk di
sampingnya. Pak Adam duduk sambil
memejamkan mata. Nampaknya dia
tertidur.
Bu Sinta menyentuh suaminya.
"Pertunjukan sudah berakhir," katanya.
Suaminya terperanjat, dan terjaga dari
tidurnya. "Ooo, sudah berakhir, ya?"
keluhnya lega.
"Pertunjukannya hebat sekali,"
gumam Bu Sinta dengan rasa puas.
Mereka berjalan menuju pintu keluar.
"Aku harus berterima kasih kepada
pengirim karcis itu. Kira-kira siapa dia, ya?"
gumam Bu Sinta lagi sambil naik ke dalam
mobil. Sepanjang perjalanan dia terus saja
berceloteh tentang pertunjukan musik itu,
sementara Pak Adam mendengarkan
sambil mengantuk.
Ketika Pak Adam memasukkan mobil
ke garasi, Bu Sinta masuk ke dalam rumah
sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Karena
sedang merasa bahagia, dia tidak
memerhatikan perubahan di dalam
rumahnya. Dia terus saja menuju ke kamar
untuk berganti pakaian.
Tiba-tiba dia memekik kaget.
Pak Adam bergegas menemuinya,
lalu bertanya dengan kuatir, "Ada apa?"
"Rumah kita kemasukan pencuri,"
sahut Bu Sinta. Dia merasa sulit bernapas
tatkala melihat isi lemari berantakan. Uang
dan perhiasannya telah lenyap. Juga
televisi dan beberapa peralatan elektronik
yang ada di ruang tengah.
Bu Sinta terduduk lemas tatkala
melihat sebuah catatan kecil di atas bantal,
"Sekarang kalian tahu siapa pengirim karcis
itu."

Comments