cerita-Pangeran dan Kuda Api

Di pedalaman Rusia bekas Uni Soviet,
dahulu diperintah seorang raja yang kaya dan
sangat berkuasa. Kekayaannya didapat dari
tambang batu bara, perak, dan permata,
sehingga rakyatnya hidup makmur penuh
kedamaian. Tapi sang Raja merasa gundah
gulana, soalnya permaisurinya hingga kini
belum melahirkan anak. Padahal, mereka
sudah lama menikah.
Namun, dengan sabar sang Raja menunggu.
Akhirnya penantiannya tidak sia-sia.
Setelah bertahun-tahun, Permaisuri Sophie
melahirkan bayi laki-laki yang sehat dan
tampan. Anak itu diberi nama Pangeran
Arran.
Raja dan permaisuri sangat bahagia. Di
seluruh negeri diadakan pesta, hadiah-hadiah
dibagikan. Seisi negeri ikut bergembira.
Sayang, ada satu orang yang tidak puas. Dia
adalah sepupu Raja, namanya Gubernur Olaf.
Sebelum Pangeran Arran lahir, Gubernur Olaf
adalah calon pewaris tahta. Sejak kelahiran
Putra Mahkota, kedudukan Gubernur Olaf
tergeser. Dia bukan lagi pewaris tunggal tahta
kerajaan. Iri hati dan dengki meracuni hati
Guberbur Olaf. Dari hari ke hari, Putra
Mahkota tumbuh makin besar, tampan, dan
pandai. Namun, Pangeran Arran semakin
dibenci oleh Gubernur Olaf.
...
Pada suatu malam, Gubernur Olaf
menculik putra mahkota dan melarikannya
ke gunung. Gubernur yang licik itu pun
meninggalkan putra mahkota yang masih
kecil di lereng gunung terpencil, lalu kembali
ke istana. Bangsawan itu tidak tahu bahwa
gunung itu adalah tempat tinggal Kuda
Bersayap Api. Binatang ajaib ini mempunyai
sayap, ekor, dan surai yang selalu menyala
seperti api. Dia selalu berkeliaran menjelajah
celah-celah pegunungan. Kuda itu merasa iba
melihat Pangeran Arran. Digendongnya
Pangeran kecil itu dan diterbangkannya ke gua
tempat tinggal peri-peri salju. Peri-peri salju
lalu merawat dan mendidik Pangeran Arran
hingga ia tumbuh menjadi seorang anak
muda yang tampan, gagah, pandai, dan pintar
bermain musik. Pendek kata, Pangeran Arran
menguasai segala hal yang harus dikuasai oleh
seorang pangeran muda. Pangeran Arran
benar-benar bahagia tinggal di pegunungan
itu.
...
Jika Pangeran Arran hidup bahagia, tidak
demikian halnya dengan kedua orang tuanya.
Mereka merana. Yang mereka ketahui
hanyalah putra kesayangannya hilang diculik
dan tak pernah bisa ditemukan kembali. Tak
ada lagi pewaris lain, kecuali Gubernur Olaf.
Gubernur Olaf merasa puas. Banyak sudah
pasukan dikerahkan untuk mencari pangeran
yang hilang, tapi tak ada yang berhasil
menemukan. Sampai akhirnya Ratu Sophie
mendengar tentang seorang wanita bijaksana
yang tinggal di kaki pegunungan yang tinggi.
...
Wanita tua itu duduk bersemedi. Lama
sekali, hingga Ratu Sophie menyangkanya
telah tertidur. Akhirnya kelopak matanya
bergetar dan wanita tua itu pun membuka
matanya. “Di lereng gunung-gunung tinggi,”
bisik wanita tua itu, “Di gua peri-peri salju.
Dalam gua yang dingin membeku, aku bisa
merasakan adanya kehangatan. Ada manusia
yang tinggal di sana. Aku bisa melihat cahaya
samar-samar yang mengelilinginya, meskipun
mataku tertutup. Pastilah dia sang pangeran
yang hilang, putramu.” Wanita bijaksana itu
menunjukkan jalan ke arah gua peri salju.
Lalu Raja sendiri naik ke sana diiringi
pasukan pengawal yang gagah berani. Dengan
segera ia mengenali putranya, karena begitu
mirip dengan dirinya sendiri ketika masih
muda. Betapa bahagianya Raja menemukan
putranya yang hilang. Begitu pula sang Putra
Mahkota.
Peri-peri salju mengizinkan Pangeran
Arran untuk kembali ke istana. “Sudah
sepantasnya kau kembali ke keluargamu,” kata
mereka, “Tapi, pamitlah dulu kepada Kuda
Bersayap Api. Dialah yang menyelamatkan
nyawamu.” Pangeran Arran pergi menemui
kuda perkasa itu. “Aku akan selalu siap menolongmu,”
ringkiknya. “Ambillah sehelai
buluku. Simpan baik-baik. Jika kau memerlukan,
masukkanlah bulu itu ke dalam air dan
… aku segera akan datang menyelamatkanmu.”
Dengan penuh rasa terima kasih,
Pangeran Arran kembali ke istana ayahnya.
Dia menikah dengan seorang putri yang cantik
jelita dan hidup bahagia. Tapi, di balik
kebahagiaan itu, dendam Gubernur Olaf
membara. Dia mengira Pangeran Arran telah
binasa ketika masih bayi. Dia lalu pergi ke
raja negeri tetangga. “Jika kubocorkan rahasia
pertahanan kerajaanku, maukah Anda menaklukkannya?”
tanyanya pada raja tetangga.
“Aku akan menjadi raja di sana, dan Anda
akan kuupah dengan separuh kekayaan kerajaanku.”
Jahat sekali. Tapi, bagi Gubernur
Olaf, tampaknya itulah satu-satunya jalan
yang masih terbuka. Raja negeri tetangga
setuju dan mengirimkan pasukannya untuk
menyerang kerajaan Pangeran Arran. Karena
semua rahasia pertahanan telah dibocorkan
oleh Gubernur Olaf, tentu saja pasukan
musuh menang.
Raja dan Pangeran Arran melihat serbuan
itu dari jauh. Mereka tahu bahwa Gubernur
Olaf telah berkhianat. Raja kecewa
sekali. Tapi, Pangeran Arran tersenyum saja.
Dimasukkannya bulu kuda ke dalam air dan
dalam sekejap mata muncullah si Kuda Bersayap
Api. “Panggilkan angin ribut untuk
mengusir pasukan musuh,” perintah Pangeran
Arran kepada si kuda. Musuh pun berhasil
disapu. Tunggang-langgang mereka lari
kembali ke negerinya. Nasib Gubernur Olaf
tak diketahui. Sejak itu, tak ada seorang pun
yang berani bermusuhan dengan Pangeran
Arran, karena mereka tahu Pangeran Arran
punya seekor kuda yang sangat sakti. Raja,
Pangeran Arran, dan keluarganya hidup
berbahagia.
(Sumber: Dongeng dari Rusia dalam Kumpulan Dongeng dari Mancanegara, 2003)

Comments